Hai, beberapa tahun yang lalu saya membaca sebuah buku dengan judul “How to Win Friends and Influence People”, buku ini sangat bagus dan menarik untuk saya bahkan saya merasa apakah terlambat bagi saya untuk membaca buku ini di umur 21 tahun?.
Buku ini berkisah tentang sudut pandang dan teori bagaimana menghadapi orang lain. Hal-hal yang sering kali dilakukan banyak manusia pada umumnya secara sosial ternyata justru mengurangi nilai sosial itu sendiri. Biasanya orang dengan latar belakang kompetensi tertentu dibidangnya dengan status sosial dan segala hal yang menjadi dirinya termotivasi untuk “mengkritik” jika ada sesuatu yang tidak benar menurut pandangannya. Dalam buku karangan Dale Carnegie ini, mengkritik adalah hal yang selalu berakhir sia-sia. Carnegie mengingatkan bahwa ketika kita menghadapi orang, kita tidak sedang berhadapan dengan makhluk logika, tetapi kita berhadapan dengan makhluk emosi, makhluk yang dipenuhi prasangka dan dimotivasi oleh harga diri serta keangkuhan. Carnegie mengatakan daripada kita memarahi orang, lebih baik kita berusaha untuk memahami mereka. Mencari tahu mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan, itu jauh lebih menguntungkan daripada mengkritik, karena hal itu menumbuhkan simpati, toleransi, serta kebaikan. Baginya, “Mengetahui segalanya adalah memaafkan segalanya.”
Dale Carnegie membongkar rahasia besar dalam menghadapi orang, Ia mengatakan bahwa prinsip terdalam pada watak manusia adalah keinginan kuat untuk dihargai. Orang tidak menggunakan kata “berharap” atau “hasrat” atau “kerinduan” untuk dihargai, tetapi Carnegie berkata “keinginan kuat” untuk dihargai. Lalu, Carnegie mengatakan bahwa terkadang orang bisa bertindak tak masuk akal untuk mendapatkan simpati dan perhatian, serta mendapatkan perasaan penting. Dalam bukunya dikisahkan seorang Raja George V yang memasang enam semboyan di dinding ruang kerjanya di Istana Buckingham. Salah satu semboyan itu berbunyi: “Ajari saya untuk tidak memberi atau menerima pujian murahan.” Itulah sanjungan - pujian murahan. Carnegie mengatakan bahwa ada satu definisi dari sanjungan yang mungkin layak untuk diulang, yaitu “sanjungan adalah mengatakan kepada orang lain apa yang persisnya orang itu pikirkan tentang dirinya sendiri.”
Menurutnya, setiap orang yang ia temui adalah atasan dalam hidupnya dalam satu atau lain hal. Oleh karenanya, ia belajar darinya. Carnegie mengajak untuk berhenti memikirkan pencapaian kita dan keinginan kita untuk mulai mencari tahu hal-hal yang baik dari diri orang lain dan melupakan sebuah sanjungan. Berikan penghargaan yang jujur dan tulus. Katanya, “Bersemangatlah dalam mendukung dan murah hatilah dalam memuji”, maka orang akan menghormati dan menghargai kata-kata kita serta terus mengulangnya di sepanjang hidup.
Carnegie berpikir mengapa kita selalu membicarakan apa yang kita inginkan? Baginya itu kekanak-kanakan dan absurd. Katanya, tentu saja kita memiliki ketertarikan pada apa yang kita inginkan dan selamanya kita memiliki ketertarikan pada hal itu tetapi orang lain tidak. Orang lain persis seperti kita: “Kita tertarik pada apa yang kita inginkan.” Jadi, menurut Carnegie satu-satunya cara untuk memengaruhi orang lain adalah dengan membicarakan apa yang mereka inginkan dan menunjukkan kepada mereka cara mendapatkannya. Carnegie membongkar satu rahasia sukses dari Henry Ford, Ia mengatakan bahwa seni dari relasi antarmanusia terletak pada kemampuan mendapatkan sudut pandang orang lain dan melihat segalanya dari sudut pandang itu selain sudut pandang diri kita sendiri.
Dunia ini dipenuhi dengan banyak orang yang hanya mau mengambil dan mencari pemenuhan diri sendiri, sehingga menjadi orang yang langka, yang berusaha melayani orang lain tanpa memikirkan kepentingan dirinya sendiri akan memiliki keunggulan yang sangat besar. Pesaingnya hanya sedikit, kata Carnegie. Owen D. Young pengacara terkenal dan salah satu pemimpin bisnis yang hebat di Amerika, berkata: “Orang yang bisa menempatkan diri di posisi orang lain, yang bisa memahami cara kerja pikiran orang lain, tidak perlu mencemaskan masa depannya.”
Dalam hidup kita sering sekali menghadapi banyak perdebatan dan biasanya diri kita dilatarbelakangi oleh “siapa kita” dalam banyak aspek kehidupan sehingga ketika menghadapi perdebatan, rasanya kita ingin menang dan unggul dalam sebuah argumen. Carnegie berpendapat bahwa mengapa kita harus membuktikan bahwa seseorang salah? Apakah hal itu akan membuatnya menyukai kita? Mengapa tidak membiarkannya menyelamatkan muka? Ia juga tidak meminta pendapat kita dan Ia tidak menginginkannya. Mengapa harus berbantah dengannya? Dan menurut Carnegie, selalu hindari sudut tajam seperti itu. Hanya ada satu cara untuk mendapat hasil terbaik dari suatu perdebatan- dan itu adalah “menghindarinya”, hindari sebuah argumen seperti menghindari ular derik dan gempa bumi, katanya.
“Mengalahlah untuk hal-hal besar yang mungkin bukan hak yang kau dapatkan; mengalahlah untuk hal-hal kecil yang jelas merupakan milikmu. Lebih baik memberi jalan kepada seekor anjing daripada digigit olehnya dalam memperebutkan jalan. Bahkan jika kamu membunuh anjing itu, itu tidak akan bisa mengobati luka gigitan” – Lincoln
Ada satu trik dalam hidup yang di tuliskan oleh Carnegie dari Alexander Pope jika kita ingin membuktikan apa pun, jangan biarkan siapa pun mengetahuinya. Lakukan itu dengan samar, dengan cerdik, sehingga tidak ada orang yang merasa bahwa kita sedang melakukannya. Alexander Pope berkata, orang harus diajar seakan—akan kita tidak sedang mengajarinya dan hal-hal yang tidak diketahui harus dikemukakan sebagai hal-hal yang kebetulan terlupakan. Lebih dari tiga ratus tahun yang lalu Galilelo berkata, kita tidak bisa mengajarkan apa pun kepada seseorang, kita hanya bisa menolongnya menemukan hal itu dalam dirinya sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Lord Chesterfield kepada putranya, jika kamu bisa, lebih bijaksanalah dari pada orang lain; tetapi jangan memeberitahukannya kepada mereka, dan Socrates berulang kali berkata kepada pengikutnya di Athena, katanya hanya satu hal yang aku tahu, dan itu adalah aku tidak mengetahui apa pun.
Dunia ini di penuhi oleh orang-orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri, membuktikan bahwa saya lebih hebat, saya lebih kompeten, saya lebih ahli, saya pemenangnya yang berbunyi sumbang dalam kehidupan ini. Padahal pelangi yang indah tidak perlu menunjukkan jika dirinya indah. Bunga mawar yang menawan tidak perlu membuat pengumuman bahwa aku lah sang mawar yang menarik hati. Keindahan dalam diri kita baik dalam hal karakter, prestasi, kompetensi, atau status sosial berbunyi sangat nyaring ketika kita terus mengusahakan diri kita untuk melayani dengan tulus dalam apa yang menjadi tanggung jawab kehidupan kita. Tanpa perlu sanjungan, tanpa perlu pengakuan, tanpa perlu pujian, diri kita sudah tersanjung, terakui, dan terpuji dengan baik.
Dalam hidup ini kita mencari apa hal baik yang bisa kita berikan untuk orang lain, kita mencari apa yang membuat hal-hal di sekitar kita menjadi baik dan nyaman. Sudut pandang kita akan sesuatu bergeser pada hal apa yang bisa saya bantu? Apa yang dialami sehingga kamu berbuat demikian? Bukan lagi menyalahkan atau justru mencari-cari kesalahan bahkan kita bisa menemukan solusi dari permasalahan dan memahami mengapa adanya masalah tersebut.
Apapun yang ada dalam diri kita (segala hal) yang kita punya dalam hidup ini hanya ditujukan untuk sebuah pelayanan yang bernilai agung untuk memberi sebuah cahaya, harapan, dan cita-cita akan kehidupan dengan karakter dan moral yang semakin baik dari generasi ke generasi.
Diberkati untuk memberkati.
Kita diberikan kemampuan, kecerdasan, kebaikan, kompetensi, dan hal indah lainnya dalam hidup kita hanya untuk menjadi berkat. Tanpa disadari apa yang kita inginkan sudah kita miliki dalam diri kita, kadang kita hanya lupa atau belum menemukan apa yang paling berarti dalam hidup ini sehingga kita terus menerus mengejar hal-hal yang justru bermakna tidak baik.
Mari kita menggeser sedikit sudut pandang hidup kita, sehingga yang tercipta adalah kedamaian di hati, kebahagiaan di jiwa, dan kemenangan di batin. Di jaman sekarang pemenangnya bukan lagi siapa yang hebat, namun siapa yang baik.